Pastina Majella dari anggota Thoothukudi Self assist group (SHG) menunjukkan makanan Srilanka Cutlies di pageant makanan, Besant Nagar di Chennai pada hari Minggu. | Kredit Foto: B.JOTHI RAMALINGAM
Pastina Majella dari Thoothukudi sibuk menjelaskan kari mana yang paling cocok dengan cutlees atau lappa ayam. “Biasanya kami menyajikan sodhi, tapi salna (kuah non-vegetarian) juga disajikan jika diminta. Orang-orang sangat tertarik mencoba makanan Sri Lanka,” kata Pastina, seorang pengungsi Tamil asal Sri Lanka dari kamp Mapillaiyurani.
Wanita berusia 34 tahun itu berada di Chennai sebagai bagian dari Unavu Thiruvizha yang diselenggarakan oleh Perusahaan Tamil Nadu untuk Pembangunan Perempuan. Competition ini menampilkan kelompok swadaya perempuan dari seluruh negara bagian menyajikan makanan dari distrik masing-masing.
Ibu Pastina menyulap antara menyajikan poricha parotta, ikan goreng, dan idiyappam.
“Kami mempunyai makanan dari daerah asal saya yaitu makanan Sri Lanka seperti cutlees, dodol, sambol dan dari daerah tempat saya dibesarkan yaitu poricha parotta dan salna. Campuran dari kedua dunia tersebut,” ujarnya.
Ibu Pastina adalah bagian dari Kelompok Swadaya Wanita Pournami di kamp pengungsinya. “Kami adalah kelompok yang terdiri dari 12 perempuan. Ada tiga kelompok swadaya lainnya dari kamp tersebut, meskipun hanya kami yang memberanikan diri untuk mendirikan warung makan,” tambahnya.
Berlari di antara dapur dan mengarahkan pelanggannya, Pastina mencatat bahwa banyak perempuan di kampung halaman takut untuk keluar. “Ada ketakutan mengenai pergulatan identitas kami. Mereka tidak ingin ada masalah. Beberapa dari kami memutuskan ingin berbuat lebih banyak dan mendekati Kolektorat lima tahun lalu untuk mendirikan kios,” katanya.
Pemerintah dengan senang hati memberikan kesempatan. Di acara Menteri itulah Ibu Pastina dan tujuh orang lainnya pertama kali mendirikan kios. “Kami tidak mendapatkan banyak keuntungan. Tapi kami tampil dengan perasaan luar biasa, seolah kami baru saja menaklukkan dunia. Kami begitu percaya diri sehingga kami bisa melakukan apa pun,” dia tertawa.
Dia mengatakan bahwa kiosnya juga menjadi berita besar di negaranya. “Sekarang banyak perempuan yang tertarik untuk mencari peluang seperti itu. Banyak yang kini berharap bisa membuka lebih banyak kios dan menjadi mandiri secara finansial,” katanya.
Ke depannya, Ms. Pastina berharap bisa menjalankan tokonya sendiri suatu hari nanti, namun ia menyadari bahwa jumlah yang ada tidak cukup untuk menjalankan keseluruhan operasinya. “Ibu saya adalah seorang pasien kanker, dan ayah saya adalah seorang pasien jantung. Gaji saya cukup untuk membantu mereka dan mengurus keluarga kecil saya. Saya tahu saya akan menjalankannya dengan sangat baik dan memberikan yang terbaik. Namun saat ini, warung-warung ini memberi saya banyak kebahagiaan,” katanya.
Diterbitkan – 29 Desember 2025 06:35 WIB







