Beranda Berita Apakah meretakkan buku-buku jari Anda membuatnya lebih besar? Para ilmuwan akhirnya menyelesaikan...

Apakah meretakkan buku-buku jari Anda membuatnya lebih besar? Para ilmuwan akhirnya menyelesaikan mitos yang sudah lama ada

3
0

Buku-buku jari yang retak menciptakan rongga gasoline dalam cairan; itu menimbulkan kebisingan tetapi tidak menyebabkan kerusakan

Hampir setiap orang yang mengalami retak buku jari pernah mendengar peringatan yang sama: terus lakukan itu dan tangan Anda akan tumbuh, persendian Anda akan menderita, dan radang sendi akan menyusul. Kebiasaan ini telah lama mempunyai reputasi sebagai penyebab kerusakan, dan lebih dianggap sebagai suatu kepastian daripada pertanyaan. Namun ketika para ilmuwan benar-benar meneliti apa yang terjadi di dalam sendi tersebut, cerita yang ada ternyata jauh lebih spesifik, dan tidak terlalu mengkhawatirkan, dibandingkan mitos yang ada.

Apa penyebab bunyi retak tersebut

Para peneliti sekarang sepakat bahwa suara yang dihasilkan ketika buku-buku jari, jari kaki, atau persendian lainnya retak disebabkan oleh gasoline, bukan gesekan tulang atau patah tulang rawan. Sebuah dikutip secara luasstudi tahun 2015menggunakan pencitraan MRI real-time untuk mengamati sendi-sendi yang retak, menangkap proses yang terjadi dibandingkan hanya mengandalkan teori saja.

10 makanan kaya kalsium untuk tulang Anda

Pemindaian menunjukkan bahwa ketika sendi ditarik atau diregangkan, tekanan di dalam ruang sendi turun secara tiba-tiba. Cairan sinovial, cairan licin yang melumasi sendi, tidak dapat mengisi ruang yang semakin membesar dengan cukup cepat. Akibatnya, rongga berisi gasoline terbentuk di dalam cairan. Proses ini dikenal sebagai tribonukleasi, dan pembentukan rongga yang cepat inilah yang menghasilkan suara letupan yang khas.

tangan

MRI berdampingan menunjukkan gelembung gasoline yang terbentuk saat sendi di jari retak (College of Alberta)

Greg Kawchuk, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Rehabilitasi di Universitas Alberta, menjelaskan prosesnya secara sederhana saat berbicara dengan Peringatan Sains.“Ketika Anda melakukan itu, Anda sebenarnya dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam persendian,” katanya.“Ini seperti membentuk ruang hampa. Saat permukaan sambungan tiba-tiba terpisah, tidak ada lagi cairan yang tersedia untuk mengisi quantity sambungan yang meningkat, sehingga tercipta rongga dan kejadian itulah yang dikaitkan dengan suara.”Temuan ini membalikkan teori sebelumnya pada tahun 1970an yang menyatakan bahwa kebisingan berasal dari gelembung gasoline yang pecah, bukan terbentuk.

Apakah meretakkan buku-buku jari menyebabkan kerusakan?

Setelah mekanismenya dipahami, para peneliti beralih ke ketakutan yang lebih besar: dampak jangka panjang. Gagasan bahwa kebiasaan meretakkan buku jari menyebabkan radang sendi atau tangan membesar telah diulang selama beberapa dekade, namun bukti terkontrol tidak mendukungnya.Salah satu contoh yang paling sering dikutip datang dari Dr Donald Unger, yang memutuskan untuk menguji klaim tersebut pada dirinya sendiri. Selama 50 tahun, dia meretakkan buku-buku jari tangan kirinya setidaknya dua kali sehari sambil sengaja membiarkan tangan kanannya tidak tersentuh. Pada tahun 2004, ia mempublikasikan temuannya, melaporkan tidak ada perbedaan antara kedua tangan dalam hal arthritis atau kesehatan sendi. Eksperimen tersebut kemudian memberinya Hadiah Ig Nobel bidang Kedokteran pada tahun 2009 karena pendekatannya yang tidak biasa namun informatif.Tambahan risetMembandingkan kerupuk biasa dengan yang bukan kerupuk menghasilkan kesimpulan serupa. Studi yang mengukur kekuatan genggaman dan ketebalan tulang rawan menggunakan ultrasound tidak menemukan adanya pengurangan kekuatan atau kerusakan struktural pada orang yang sering meretakkan buku jarinya, yang dalam beberapa penelitian didefinisikan sebagai lima atau lebih retakan per hari.Meskipun kekuatan yang terlibat dalam keretakan sendi sangat besar, para ilmuwan telah menghitung bahwa kekuatan tersebut membawa energi yang cukup untuk merusak permukaan keras dalam kondisi tertentu, keretakan yang berulang-ulang belum terbukti menyebabkan cedera sendi yang bertahan lama.

Mengapa mitos-mitos tersebut masih ada

Para ilmuwan telah memperdebatkan sumber keretakan sendi setidaknya sejak tahun 1947, ketika para peneliti Inggris pertama kali menyatakan bahwa gelembung uap terlibat dalam keretakan sendi tersebut. Penjelasan-penjelasan yang saling bertentangan selama beberapa dekade membuat mitos-mitos menjadi lebih kuat dibandingkan bukti-bukti yang ada.Penelitian menunjukkan bahwa sambungan memerlukan waktu untuk pulih kembali setelah retak, yang menjelaskan mengapa buku jari yang sama tidak dapat segera retak lagi. Rongga gasoline harus larut kembali ke dalam cairan sinovial sebelum proses dapat terulang kembali.Bukti saat ini menunjukkan bahwa kebiasaan meretakkan buku jari tidak memperbesar tangan, menipiskan tulang rawan, atau menyebabkan radang sendi. Itu tidak berarti nyeri sendi harus diabaikan, namun suara itu sendiri, yang tidak menyenangkan bagi sebagian orang, memuaskan bagi orang lain, bukanlah tanda peringatan adanya kerusakan.Seperti banyak kebiasaan sehari-hari, sains ternyata lebih tepat dan tidak sedramatis cerita rakyat.

avots

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini