Sedangkan Khatija diiringi Indian Choral Ensemble karya Kalyani Nair, dan Sunshine Orchestra String Quartet. | Kredit Foto: Pengaturan Khusus
Di dunia yang semakin tidak tenang karena kebisingan dan disonansi, komposer-penyanyi Khatija Rahman muncul sebagai pengisi suara pelipur lara. Konsernya baru-baru ini ‘The Garden of Echoes’ di The Museum Theatre, Chennai, menawarkan sesuatu yang penonton tidak tahu bahwa mereka rindu.
Sejak nada pertama, nyanyian Khatija yang sangat terpusat terasa seperti hembusan nafas yang nyaman ketika sifat kasarnya telah dinormalisasi. Musiknya mengundang keheningan.
Malam itu dibuka dengan lagu tradisional ‘Maula ya salli, qaseeda burda’, di mana spiritualitas berpadu sempurna dengan harmoni modern dalam aransemen paduan suara kontemporer yang dipenuhi staccato. Tanpa menghentikan mantra meditatifnya, Khatija beralih ke ‘Yaavum neeye’ yang dicabut dari Tere Ishq Mein, yang ditulis oleh Mashook Rehman dan disusun oleh AR Rahman, dan ditinggikan oleh kehadiran orkestra dan paduan suara yang subur di atas panggung.

Khatija menerjemahkan ‘Chinnanjiru nilavae’ (Ponniyin Selvan 2) dengan kematangan emosi. | Kredit Foto: Pengaturan Khusus
Pergeseran ritme menghasilkan ‘Kannedhirae’ dari Iravin Nizhal karya R Parthiban. Itu adalah momen yang mengundang bahkan pendengar yang paling terkendali sekalipun untuk terombang-ambing. Berpakaian putih, biru dan ungu, Khatija menampilkan ‘Chinnanjiru nilavae’ (Ponniyin Selvan 2) dengan kematangan emosi. Momen mengharukan dalam konser pun tiba dengan ‘Ulagam oru naal’ dari Maidaan yang dibawakan dengan penuh optimisme. Pesan utama aspirasinya langsung terhubung dengan penontonnya. Suasana berubah menjadi penghormatan dengan naat-e-Sharif ‘Amna beebi ke gulshan mein’, sebuah lagu yang menurut Khatija dia sukai sejak kecil. Kemudian, dengan gemerlap ritmis, muncullah ‘Rock a Bye Baby’, dari film tersebut MiMi.
Momen keheningan puitis dan renungan tentang cinta tiba dengan ‘Vizhigal sera, kadhaigal oora’. Khatija memperluas cakrawala emosional dengan ‘Anbendra mazhaiyile’ dari Minsara kanavumemberikan penghormatan terhadap kisah kelahiran Kristus melalui musik, sebuah pengingat bahwa cinta dan kemanusiaan melampaui perpecahan.
Panggung tersebut selaras dengan kehangatan Ansambel Paduan Suara India Kalyani Nair, yang menampilkan Aparna Harikumar, Sushmita Narasimhan, Nayansee Sharma, Ananya, Shridhar Ramesh, Manikandan Chembai, Neeraj MSG, Cyril Simon, dan sapuan sinematik dari Sunshine Orchestra String Quartet yang terdiri dari Vignesh, Nandhini Anbazhagan, Ebinezer Gnanraj dan Deepa. Tekstur kuningan berkilauan dari Pavithra, Muhammad dan Nandhu, dipimpin oleh Lisa Sarasini, menambah kilauan.
Band inti Khatija terdiri dari Chris Jason pada gitar, Bhuvanesh pada kuncinya, Laxman Arvind pada bass, Guberan pada drum dan Nikhil Ram pada seruling. Front Of House Engineer untuk pertunjukan tersebut adalah Riyasdeen Riyan, yang membentuk ruang sonik yang imersif pada malam itu. Pencahayaan Mohan Raj melengkapi musiknya.
Malam itu mencapai puncaknya dengan ‘Farishton’ (musik oleh AR Rahman dan lirik oleh Munna Shaokath Ali), dinyanyikan seperti doa untuk dunia. Kemudian muncullah kegembiraan yang tak terduga: ‘Piya tose naina laage re’ dan ‘Aapki nazron ne samjha’ yang sarat nostalgia.
‘Ahimsa’ hasil kolaborasi U2 dan AR Rahman disampaikan dengan kedalaman spiritual, menjadi penutup yang sempurna.. Penonton terdiam lama setelah nada terakhir memudar.
Khatija Rahman Live dikelola oleh Elounge (Rahul George) dan promosi untuk The Chennai Scene (Srikanth Natarajan).
Diterbitkan – 12 Desember 2025 13:53 WIB










