
(Kepala DKP KSB, Ir. H. Alimin)
LensaNTB, Sumbawa Barat — Fokus pemerintah tidak pada Covid-19 saja. Buktinya, penanganan terhadap stunting juga turut menjadi attensi.
Tahun ini di Kabupaten Sumbawa Barat, sedikitnya empat desa mendapat bantuan berupa pemberdayaan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Pangan itu nantinya di harapkan bisa menangani soal stunting yang ada di desa tersebut.
Bantuan itu nantinya melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan nilai bantuan Rp 75 juta/kelompok. Desa itu ialah, KWT Bunga Mawar, Desa Tongo, Kecamatan Sekongkang. Bunga Eja, Desa Meraran, Kecamatan Seteluk. Saling Pedi, Desa Mataiyang, Kecamatan Brang Ene dan Kawarama, Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Ir. H. Alimin yang di wawancarai media, Rabu (8/4) kemarin di ruang kerjanya mengatakan, bantuan untuk kelompok tersebut sebentar lagi di eksekusi sembari menunggu kondisi berangsur kondusif tanpa Covid-19.
Persoalan stunting, kata H. Alimin sangat penting karena berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Data masalah stunting atau kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang sudah di inventarisir hingga desa.
Kehadiran dari P2L di harapkan mampu memberikan dampak positif. Begitu juga dengan upaya orang tua. Dia harus proaktif untuk mengejar pertumbuhan badan anak sebelum pertumbuhannya berhenti dengan asupan gizi yang baik. Menurut ilmu kesehatan, tambahnya, usia 9 tahun jadi masa yang paling perlu mendapat perhatian sebab masa ini anak mengalami lompatan pertumbuhan yang cepat.
“Banyak konsumsi pangan lokal salah satu strategi peningkatan gizi. Salah satunya gemar konsumsi kelor- tumbuhan dengan nilai kandungan tinggi,” paparnya.
Stunting, menurutnya tak hanya dilihat sebagai terhambatnya tumbuh kembang anak secara fisik. Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada seribu hari pertama kehidupan hingga usia 2 tahun juga akan terhambat perkembangan kognitif atau kemampuan intelektualnya. Dalam jangka panjang, stunting berdampak pada penurunan kualitas remaja, kesehatan reproduksi, kecerdasan serta produktivitas kerja.
“Ini yang ditakuti soal daya saing bangsa nantinya, maka dari pemerintah membantu agar ibu hamil tidak gagal dalam memenuhi gizi ibu hamil,” ujarnya.
“Stunting ini permasalahan multidimensional sehingga pemerintah enggak bisa kerja sendiri. Maka kami mengajak semua sektor untuk bekerja sama termasuk sektor swasta,” pungkasnya. (joN)