
(Kabid Pertanian Sumbawa Barat, Syaiful Ulum)
LensaNTB, Sumbawa Barat — Penyebaran Corona Disease -19 tidak hanya berdampak pada ekonomi saja. Sektor pertanian pun ikut terganggu terutama petani mengeluhkan terhadap kelangkaan buruh saat musim panen.
Kepala Dinas Pertanian, Suhadi SP melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan, Syaiful Ulum pada media, Minggu (12/4) kemarin mengatakan, bahwa pihaknya siap mengatasi kelangkaan buruh tani. Solusinya, semua brigade dinas bisa di fungsikan berupa Combein Harvester (mesin panen,red) sebanyak 21 unit mesin ukuran besar dan 8 ukuran sedang.
Alat tersebut, ungkapnya saat ini dalam kondisi prima dan dapat gunakan oleh kelompok tani jika tidak menemukan buruh. Menggunakan Combein juga, sambung Syaiful memiliki banyak manfaat. Pertama, tidak buang banyak waktu saat panen. Kedua, praktis. Mesin bergerak melakukan pemangkasan dan secara langsung bulir padi-menjadi gabah masuk dalam karung.
“Masyarakat tani tidak perlu khawatir. Pemerintah sudah menyiapkan solusi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bagi petani yang berkeinginan menggunakan alat tersebut, maka ongkos sewanya perhari sebesar Rp 2.000.000,- untuk ukuran besar dan Rp 1.500.000,- ukuran sedang. Besaran terhadap sewa, telah di atur dalam Peraturan Bupati (Perbup). Sehingga, menurutnya besaran angka sewa yang di sebutkan di atas tidak mengada-ngada.
“Tahun 2019 lalu, Combein berhasil sumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 256.000.000,-,” terangnya.
Syaiful membeberkan, bahwa di tanah Pariri Lema Bariri ada beberapa spot wilayah yang sudah melakukan panen. Ada yang menggunakan jasa buruh lokal dan ada juga mesin.
“Kita berharap hasilnya melimpah, terlebih bisa menutup modal, memperbaiki ekonomi keluarga serta memenuhi kebutuhan hidup,” ujarnya.
Disinggung soal serangan hama dan penyakit pada musim tanam I, Syaiful menjawab, soal itu tidak bisa dinafikkan. Yang jelas, kita berupaya menekan jumlah serangan. Solusinya, memberikan bantuan pada petani berupa pestisida yang di harapkan mampu membentengi tanaman sekaligus membunuh hama dan penyakit.
“Tahun ini, busuk leher cukup dominan. Disisi lain, Alhamdulillah serangan wereng menurun,” paparnya singkat.
Kendati demikian, serangan terjadi perspot-spot. Tidak menyeluruh apalagi masif berhektar-hektar. Pihaknya juga sudah inventarisir data-data soal jumlah serangan. Data ini akan menjadi evaluasi termasuk apakah ada korelasi dengan target produksi.
“Dinas akan evaluasi. Karena ini menyangkut juga soal pangan,” papar Syaiful. (joN)