LensaNTB.com, (Sumbawa Barat) — Dalam rangka mencegah menguapnya angka stunting dan menyelamatkan generasi emas Indonesia, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat (Dikes KSB) menyambangi desa-desa terpencil yang di anggap rawan munculnya stunting.
Hari ini, Rabu (18/9), tim Dikes turun ke Tongo I SP II yang sering di sebut blok Tatar, Kecamatan Sekongkang melakukan sosialisasi yang turut di hadiri oleh unsur pemerintah setempat, kader posyandu hingga ibu rumah tangga.
Kepala Dinas, H.Tuwuh melalui Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Ermawati SKM pada media, Rabu (18/9) pagi tadi mengatakan, bahwa tema atau materi sosialisasi itu sama. Yaitu penanganan dan pencegahan stunting melalui orientasi perubahan prilaku, pola pemberian makanan pada bayi dan anak sesuai standar, mengamalkan prilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan bersih hingga berakhir pada orientasi pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang di lakukan oleh dinas bersama tim pencerah Sumbawa Barat.
Selain itu, dalam sosialisasi itu juga di sampaikan bahwa ada pangan lokal yang patut untuk di konsumsi dan memiliki kandungan gizi yaitu satu diantara kelor. Atas kandungan gizi yang ada, organisasi dunia World Health Organisasi (WHO) menganjurkan tumbuhan itu kerap untuk di komsumsi baik sebagai menu makanan ataupun dalam bentuk produk lainnya.
Informasi kesehatan, daun kelor tersimpan vitamin A yang nilai 4x wortel. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi di daun kelor setara dengan 4 gelas susu. Kalium pada daun kelor 3x lebih banyak dari pisang. Manfaat lainnya juga untuk gizi anak yang setara dengan 25 ikat bayam. sungguh bernutrisi bukan.!
“Tumbuhan itu efektif meningkatkan status gizi,” ungkap wanita asal Kecamatan Seteluk.
Untuk diketahui, sebelum di Tatar, Dikes setempat juga turut menyambangi Tongo I SP I atau blok Ai Kangkung-Kecamatan Sekongkang, Desa Tua Nanga-Kecamatan Poto Tano hingga Desa Mujahiddin-Kecamatan Brang Ene.
“Pencegahan stunting ini merupakan upaya melahirkan generasi emas dari desa-desa. Karena stunting cukup menyita perhatian,” paparnya.
Ia berharap, warga masyarakat KSB kerap konsumsi pangan lokal karena bebas bahan kimia bahkan juga pengawet. Selain dari itu, gizinya juga terjamin tanpa ada campuran zat makanan lainnya sehingga kandungannya terjaga.
“Pangan lokal cukup mudah kita jumpai di tanah Pariri Lema Bariri ini baik di kebun ataupun di pasaran,” pungkasnya. (JON)