
Penyampaian Program Quick Wins Polri Oleh Kompol R. Sudjoko A, S.Sos
LensaNTB.com, Mataram – Terus menjalani program Quick Wins Polri, Polda NTB sampai saat ini kembali turun ke wilayah guna melakukan dialog interaktif dengan warga masyarakat di desa dasan Griya, Kecamatan Lingsar Lombok Barat, Kamis (8/08) lalu.
“ Kegiatan Program Quick Wins Polri kegiatan 4 bertempat di masjid Ro’datulain kami memangil perwakilan tokoh agama, tokoh masyarakat guna Jalin kerja sama antar masyarakat dalam pengawasan anak – anaknya untuk pencegahan paham Radikalisme khusus isis di Indonesia terutama di wilayah NTB, ” ujar PID Bidhumas Polda NTB Kompol R. Sudjoko A, S.Sos melalui keterangan resmi yang diterima media ini, Senin (19/08).
Ia mengatakan bahwa, Peranan dari tokoh agama dan masyarakat sangat penting untu mengawasi jamaah dan keluarga dalam mengawasi jamaah dan anaknya dalam pergaulan agar terhindar dari pengaruh Radikalisme khusus ini di Jndonesia terutama di wilayah Nusa Tenggara Barat.
“ Dialog ini diatur dalam program Quick Wins Polri yang bertujuan pembentukan opini publik sebagai tindak lanjut program Quick Wins yakni kegiatan IV, “ Pengefektifan satgas Ops Polri Kontra Radikal dan Deradikalisasi khusus Isis,”imbuhnya.

Berdialog Dengan Toga Dan Toma Di Desa Dasan Griya, Lombok Barat
Kegiatan dialog sudah sering kita lakukan, lanjut ia mengatakan, kami telah turun ke masyarakat dalam beberapa bulan terakhir ini untuk bersosialisasi, tatap muka dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat di wilayah NTB. Saat ini kami turun ke tokoh agama, tokoh masyarakat meminta partisipasi mereka dalam pengawasan anak dan jamaahnya untuk mencegah pengaruh radikal khusus isis ini.
“ Salah satunya penyebab warga dan remaja kita terjerumus dalam paham radikal ialah kurangnya perhatian orang tua dengan siapa saja mereka bergaul saat diluar rumah. Kita harus terapkan jiwa cinta Nasionalisme kepada anak kita, pahami karakter mereka, jika ada perubahan sikap agar di tanyai mengapa sikap anak kita berubah,” ungkapnya.
Agar diketahui, kerentanan pemuda terhadap radikal terorisme ialah dalam masa transisi Krisis identitas kalangan pemuda berkemungkinan untuk mengalami apa yang disebut Quintan Wiktoroicz ,Sebuah proses yang namanya mikro sosiologis yang mendekatkan penerimaan terhadap gagasan baru yang lebih radikal.
Alasan itu membuat mereka sangat rentan terhadap pengaruh ajakan dari kelompok kekerasan terorisme. Kelompok terorisme lebih mengincar kaum muda (milenial) karena banyak kaum muda ini yang merasa tidak puas, mudah emosi, frustasi baik terhadap kondisi sosial saat ini serta kondisi pemerintahan.
Aksi terorisme merupakan tindakan kejahatan ini mempunyai jaringan kompleks yang tidak hanya bisa di dekati oleh pendekatan kelembagaan saja atau melalui penegakan hukum semata maka dari sebab itulah Keterlibatan lembaga pendidikan, orang tua serta lingkungan sangatlah penting demi generasi muda guna pencegahan akan paham radikalisme khusus isis ini di Negara Indonesia.
Sedangkan tokoh agama sekitar HM. Sibawaih sangat senang dengan adanya sosialisasi seperti ini dalam program dari pihak kepolisian yang sering turun langsung ke masyarakat memberikan pencerahan karena di desa ia mengatakan paham Wahabi banyak meresahkan masyarakat.
“Dalam proses pencegahan pengaruh radikalisme khusus Isis ini, kita harus bekerja sama serta membutuhkan dukungan dari masyarakat termasuk bagi kaum muda agar kaum muda tidak menjadikan sumber keresahan di masyarakat dan juga mengganggu kesetabilan sosial. Oleh sebab itulah kita sangat perlu untuk membangun opini publik dalam program (Quick Wins) agar pelajar, kaum muda serta seluruh warga masyarakat tidak terpengaruh dengan pamahaman – pemahaman yang mengarah terhadap radikalisme terorisme isis ,” pungkasnya.(HRS)