LensaNTB.com, Sumbawa Barat – Melihat potensi pemilih yang ada di Kelurahan Menala sangat mungkin untuk bisa mendudukan perwakilannya sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbawa Barat. Dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 4.393 orang dan 10 perwakilan Calon Legislatif dari Partai Politik yang berbeda. ditambah lagi ada sosok petahana yang seharusnya mempunyai peluang besar meraup kursi Dewan. Namun fakta yang terjadi tidak satupun dari mereka menang dalam kontestasi politik beberapa waktu yang lalu.
Melihat hal demikian, kini menjadi buah bibir ditengah masyarakat Kelurahan Menala khususnya.
“Saya sebagai masyarakat kecewa, sudah dua periode ini tidak satupun Dewan Perwakilan Rakyat ada dari Kelurahan Menala. Kalo sudah seperti ini, siapa yang mau disalahkan?,” keluh Gunawan salah seorang tim sukses Caleg asal Kelurahan Menala, saat di jumpai awak media Jum’at (26/4/2019).
Ia juga menambahkan, semboyan Peko peko mo asal peko kebo di tu, telah berubah menjadi Ende ende mo aring to, mana si intan lamin mudi. sungguh ideologi di ukur dengan uang atau masyarakat Menala lebih senang di jajah. pola pikir berpolitiknya jauh di bandingkan masyarakat Mantar yang mampu melahirkan dua punggawa di Bertong.
Seperti ada rasa kecewa yang mendalam sebagai masyarakat, dengan jumlah DPT yang seharusnya bisa meraih dua kursi perwakilan. Sehingga muncul pemikiran ini salah siapa?
“Zonk, 10 Caleg perwakilan tak satupun dapat berkantor di Bertong,” tambah Gunawan nyinyir.
Masih menurut Gunawan, andaikata DPT Kelurahan Menala terbagi dalam 10 caleg yang ada mungkin kita bisa mengakui itu kesalahan kita, bahwa kita ambisi telah memasang banyak calon. Namun ketika suara menala terbagi kepada Caleg lain di luar menala maka diakui kita tak mengerti politik.
Ditempat yang berbeda, salah satu politisi muda dari Partai PPP, sekaligus mantan calon legislatif asal Kelurahan Menala, Zainuddin Wanden angkat bicara terkait hal ini. Ia menerangkan bahwa masyarakat kelurahan Menala butuh sentuhan secara nyata sebenarnya, namun semenjak ada legislator-legislator masyarakat Menala belum pernah melihat aksi nyata pembangunan di Kelurahan Menala, kedua bahwa kandidat Legislatif putra Menala belum secara maksimum bersosialisasi kepada masyarakat, dan kecendrungan mendapatkan nomor urutan ke 2 diurutan pencalegkan, ketiga adalah para kandidat tidak mempersiapkan diri dari awal sehingga kecenderungan masyarakat tidak mengetahui dan mengenal mereka secara serius.
“Dan kita tidak bisa menafikan itu, ketika mayoritas Masyarakat Menala lebih memilih sosok dari luar, dan saya Insya Allah akan mempersiapkan diri dari awal untuk kedepannya,” demikian Zainuddin Wanden.(LN/SB)