LensaNTB.com, Sumbawa Barat – Apa yang dilakukan oleh Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Kpspams) di Desa Klanir, Kecamatan Seteluk patut menjadi contoh bagi kelompok lainnya. Pasalnya, kelompok tersebut sukses mengelola hasil proyek 2018 yaitu hibah Air Minum Pedesaan dengan baik dan benar hingga mampu mendongkrak Pendapatan Asli Desa (PADes) setempat.
Prihal tersebut dilontarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Penyedia Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PPK Pamsimas) KSB, Abdul Aziz ST.,M.Eng yang diwawancarai media diruang kerjanya, Senin (14/1/2019) siang tadi.
Ia menambahkan, kelompok ini bisa dikatakan mandiri. Selain mereka sudah memiliki kost operasionalnya sendiri dari hasil pengelolaan, mereka juga menyisihkan 10 persen pendapatannya untuk pemerintah desa setempat-selanjutnya uang itu dikelola untuk kepentingan umum. Jumlahnya tidak dignificant-dibawah angka Rp 10.000.000,-, tetapi itu bisa menjadi cermin bagi kelompok lainya untuk berbuat hal serupa.
Lanjut Aziz, KPSPAMS Klanir hanya mengelola 33 unit rumah yang sudah tersambung jaringan hingga distribusi. Tentu, ini merupakan langkah maju yang patut mendapat diapresiasi.
“Kami akan bina Kpspams lainya dan bersinergi dengan pemerintah desa setempat untuk lebih proaktif,” katanya.
Tahun ini, sambung Aziz kelompok itu akan mendapatkan intervensi anggaran untuk penambahan sambungan jaringan distribusi dan pelayanan serta dikelola secara swadaya kurang lebih sebesar Rp 200.000,-. Yang mana, sumber anggarannya dari Pamsimas dan juga Dana Alokasi Khusus (DAK).
Disingung soal legalitas pengelolaan, pria yang menjabat sebagai Kepala Bidang Cipta Karya (Kabid CK) pada Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Pemukiman (PUPRPR) itu menjawab, ada aturan yang mengatur dan tidak melanggar hukum. Ada Peraturan Desa (Perdes) yang acuannya Undang-undang.
“Tahun 2019 ini sejumlah desa di KSB akan mendapatkan proyek hibah serupa yang attensinya lebih kepada daerah pesisir yang dianggap rentan dengan air kekeringan dan kekurangan bersih. Diantaranya, Desa Talonang, Lemar Lempo, Ai Kangkung, Tatar, Pasir Putih, Mantun dan Kiantar,” paparnya.
Aziz menambahkan, sejumlah desa di tanah Pariri Lema Bariri sudah merasakan manfaat dari proyek tersebut bahkan hingga desa yang diklaim terisolir seperti Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea, Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano dan Desa Mataiyang, Kecamatan Brang Ene.
“Warga setempat cukup terbantu karena mempermudah akses air bersih,” demikian Aziz.(Jon**)