Foto : Malam pengumuman nominator FTMP 2018. (Harry)
LensaNTB.com, Mataram – Gelaran Festival Teater Pelajar (FTMP) se-NTB telah usai digelar. Ada 11 kategori nominasi diperebutkan dalam event ini, sanggar mana saja?
Sebanyak 42 grup sanggar teater pelajar telah menunjukkan kreativitas mereka di ajang FTMP yang tahun 2018 ini penyelenggaraannya sudah genap ke-20 kali, terhitung sejak awal digiatkan pada 1999, dan digagas oleh Unit Kegiatan Mahasiwa Teater Putih FKIP Universitas Mataram (Unram).
Peserta festival dari sanggar sekolah se-NTB ini sudah berlangsung pada 6-17 November 2018 di gedung pertunjukan Taman Budaya NTB. 42 sanggar peserta berasal dari 10 kabupaten/kota yang ada di NTB.
Tema garapan sanggar peserta FTMP 2018 ini pun beragam. Panitia membebaskan peserta memilih naskah yang menjadi garapannya. Beberapa sekolah banyak yang mengambil tema garapan tentang adat budaya daerah dan fenomena sosial yang berlatar bencana gempa bumi besar yang pernah mengguncang NTB, utamanya yang terjadi di Lombok.
Sanggar sekolah yang meraih kategori di event FTMP ini yaitu, Penyaji Terbaik I SMKPP Negeri Bima dengan lakon Orang Asing. Penyaji Terbaik II SMAN 3 Sumbawa Besar dengan lakon Akal Bulus Scapin. Penyaji Terbaik III SMAN 1 Gerung Lombok Barat dengan lakon Pagi Bening.
Untuk Penata Musik Terbaik disabet oleh SMAN 1 Gangga Lombok Utara. Penata Artisitik Terbaik diraih SMAN 3 Sumbawa Besar. Penyutradaraan Terbaik SMKPP Negeri Bima.
Nominasi Pendatang Baru Terbaik MA Darul Abror NW Enjer Kopang Lombok Tengah. Aktris Terbaik dari SMKPP Negeri Bima. Aktor Pembantu Terbaik dari SMAN 3 Sumbawa Besar. Aktris Pembantu Terbaik dari SMK PP Negeri Bima.
“Sanggar yang keluar sebagai Juara Umum adalah SMKPP Negeri Bima sekaligus sebagai pemegang Piala Bergilir Gubernur NTB,” terang Sri Nahdatullah, ketua panitia FTMP, Kamis (23/11/2018)
Tahun ini, panitia penyelenggara memilih 3 orang dewan juri dari latar belakang yang berbeda, yaitu Majas Pribadi dari kalangan seniman yang sekaligus alumni ISI Yogyakarta, Saipullah Sapturi dari praktisi dan pegawai Taman Budaya NTB yang juga alumni STSI Bandung. Untuk kalangan pendidik atau akademisi adalah Farizan Fahmi.
Nominasi yang diraih oleh peserta sanggar sekolah itu diumumkan, Sabtu (17/11/2018) malam. Di malam pengumuman sekaligus penutupan FTMP itu juga disuguhkan berbagai atraksi seni. Turut hadir Adi Pranajaya, seorang sutradara film dan alumni pertama yang menjadi ketua UKM Teater Putih FKIP Unram.
Secara terpisah, Adi Pranajaya yang juga mantan Kepala Sinematek Indonesia periode 2003-2009 ini menyampaikan komentarnya terkait gelaran FTMP ke-20 tahun 2018.
“Dewan juri jumlahnya harus ditambah paling tidak menjadi 5 orang. Bahkan kalau bisa jangan orang-orang yang sama. Satu orang kalau perlu datangkan pakar dari Jakarta sebagai ketua dewan juri, seperti Dindon, Marhamang Zam-Zam, atau siapa saja,” terang Adi Pranajaya, Kamis (22/11/2018).
Sekedar perbandingan, tambah Adi, Festival Film atau teater di Jakarta oleh penyelenggara yang sama, dewan jurinya selalu berbeda-beda. Hal ini untuk memberikan sesuatu garapan seni yang terus bergerak dinamis.
Dijelaskan Adi tentang teater sebagai media edukasi. Menurutnya, kegiatan teater memiliki korelasi positif terhadap perkembangan jiwa dan karakter anak. Guru atau bahkan orang tua yang peka seharusnya turut mendukung ketika ada anak atau siswa yang tertarik pada kegiatan teater. Apalagi dengan adanya FTMP, maka event ini adalah ajang untuk lebih dapat mengembangkan wawasan dan karakter (kepribadian yang positif) anak.
“Berkegiatan teater tidak harus kelak anak-anak akan menjadi aktor, sutradara, dan sebagainya. Tapi apapun bidang profesi seseorang, ilmu-ilmu teater akan sangat membantu. Jadi, sekolah juga jangan terlalu didorong untuk harus memiliki ekskul teater. Sekolah sendirilah yang seharusnya mulai menyadari hal itu,” pungkas Adi.
Reporter : Harry
Editor : Tim