Lensantb.com, Mataram — Dalam upaya mitigasi dan antisipasi risiko bencana gempa bumi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram melakukan beberapa program sosialisasi tanggap bencana.
Posisi Pulau Lombok memugkinkan dua sumber yang menjadi musabab terjadinya sumber gempa, bagian selatan dan utara Lombok.
“Di selatan ada daerah penunjaman, yakni pertemuan lempeng Australia yang menyusup masuk di bawah lempeng Euroasia. Sedangkan di utara ada patahan naik busur belakang Flores (back arc trus). Keduanya merupakan sumber gempa di Lombok,” ungkap Agus Riyanto, Kepala Stasiun Geofisika Mataram.
Karena itu, kata Agus, pihaknya melakukan kegiatan sosialisasi tentang gempa bumi di Lombok. Salah satu metode workshop dan simulasi yang dilakukan dengan mengajarkan lagu tentang gempa ke sekolah-sekolah.
“Kami juga ada Sekolah Lapang Gempa yang melibatkan stakeholder untuk memberikan pemahaman kepada semua pihak bahwa Lombok rawan gempa dan berpotensi untuk terjadinya tsunami. Jadi ada penguatan rantai peringatan dini tentang adanya tsunami. Siapa berbuat apa dan lain sebagainya,” jelasnya, Selasa (14/8/2018).
Sosialisasi yang dilakukan BMKG Mataram dimulai sejak tahun 2016, namun terhenti karena adanya bencana gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok secara beruntun dan berkekuatan fluktuatif sejak 29 Juli 2018 lalu.
Selain Sekolah Lapang, BMKG juga menggelar kegiatan bertajuk Goes to School. Kegiatannya diawali dengan menyasar sekolah dan kampus, seperti yang pernah diselenggerakan di Universitas Mataram, SMAN 5, SMPN 2, SDIT Lentera Hati.
Diakui Agus, program yang dilakukan oleh pihaknya mengajak masyarakat untuk memiliki pemahaman yang sama tentang Lombok yang rentan terjadi bencana gempa bumi. Ia juga mengaku bahwa apa yang dilakukan BMKG selama ini belum berjalan optimal dan sifatnya masih temporer.
“Pemerintah kita di sini kurang terlalu respek terhadap info-info kebencanaan, termasuk soal gempa bumi,” tandas Agus.
Sekolah Lapang Gempa yang metodenya simulasi dan gladi dalam ruangan itu sejauh ini hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun, bergantung dari anggaran. Sedangkan sosialisasi ke sekolah-sekolah tidak memerlukan anggaran yang banyak dan masih bisa ditanggulangi oleh BMKG sendiri, hanya saja dibutuhkan sinergi antarpihak.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, Ir. Kasbani, M.Sc melalui keterangan tertulisnya (13/8/2018) merekomendasikan upaya sosialisasi, simulasi, dan pelatihan bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur sebaiknya dilaksanakan secara reguler.
Selain menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur memasukkan materi kebencanaan geologi, letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah ke dalam kurikulum pendidikan. (Hr)