Lensantb.com,Mataram-BMKG Memberikan penjelasan tentang Gempa yang berkekuatan 7SR,yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat.Minggu (5/8).
Gempa yang telah memakan banyak korban jiwa di kawasan lombok utara sebagai kawasan terdampak gempa yang paling parah.Gubernur NTB terpilih Zulkieflimansyah mendapatkan informasi data dari para camat se-Kabupaten Lombok Utara, total korban tewas dari Lombok Utara ada 347 orang hingga saat ini, terdiri atas 54 orang tewas di Kecamatan Gangga, 171 orang tewas di Kecamatan Kayangan, 11 orang tewas di Kecamatan Bayang, 54 orang tewas di Kecamatan Tanjung, dan 57 orang tewas di Kecamatan Pemenang.
Kepala BMKG pusat Prof. Dwikorita Karnawati,M.Sc, P.Hd menyampaikan, gempabumi yang menguncang Lombok mengakibatkan ratusan korban jiwa dan hancurkan ribuan rumah, merupakan gempa pengulangan 200 tahun silam.
BMKG telah melakukan analisis terhadap gempa tersebut. Dampak gempa tersebut bisa dikatakan paling parah pada daerah epiceter yaitu di Lombok Utara.
Hal itu membuat BMKG mengetahui bahwa gempa tersebut terjadi karena, pulau Lombok merupakan pulau yang berdekatan dengan batuan yang patah atau disebut sesar naik Flores yang mana, patahan tersebut cukup panjang yaitu dari Flores sampai Bali.
Ketika patah lanjutnya, ada energi kekuatan yang dikeluarkan dari dalam bumi dan ini sudah terjadi 200 tahun lalu, sehingga gempa pada hari Minggu itu merupakan pengulangan dari 200 tahun yang lalu.
“BMKG hanya bisa membaca, dari patahan, kemarin ada energi besar dan kuat telah dikeluarkan, energi itu merupakan energi yang tersimpan 200 tahun lalu, namun masih ada energi yang tersisa dan belum di keluarkan,” ujar prof Dwikorita Karnawati,M.Sc, P.Hd, di lapangan ZAM Rembiga, Rabu malam (8/8)pukul 22.00 wita.
Ia menambahkan, energi yang sudah lama tersimpan telah dikeluarkan dengan ditandai guncangan gempa susulan dan itu merupakan mekanisme alam menuju ke proses stabil untuk menghabiskan energi yang tersisa.
Kepala BMKG Pusat juga menjelaskan, jika energi tidak keluar, maka masih ada energi yang tersimpan ibarat bom waktu, namun gempa pada Minggu itu telah dikeluarkan melalui gempa susulan.
“Untuk gempa susulan akan terus terjadi sampai beberapa Minggu kedepan bahkan sampai maksimalnya 4 Minggu, namun dengan guncangan yang kecil dan makin melemah,” jelasnya.
Hingga saat ini, alat BMKG telah mencatat 344 kali dan terasa oleh manusia sebanyak 17 kali, kemungkinan sangat kecil terjadinya gempa yang lebih besar karena energi yang tersimpan atau lebih besar itu telah dikeluarkan.
Hrs